Cerita Dewasa - Dessi adalah sosok guru yang paling cantik dan paling terkenal dengan keseksiannya ketika mengajar. Setiap murid-muridnya pasti akan terpana memandang kecantikan dan keseksian ibu gurunya yang satu itu. umurnya masih muda 28 tahunan, dengan rambut panjang, tubuh langsing, dan buah dada yang menonjol besar 36B dan bongkahan kedua pantatnya yang naik turun secara beraturan ketika berjalan selalu menghiasi hari-hari murid laki-lakinya.
Bahkan tak jarang Dessi genit menggoda murid yang memang disukainya, seperti yang satu ini. Agung adalah murid yang paling menjadi pusat perhatian cewek-cewek disekolahan, karena tubuhnya yang tinggi kekar dan penampilannya yang keren dan stay cooll membuat para teman-teman wanitanya banyak yang menyukainya. Namun tanpa diduga ibu gurunya yang terkenal cantik dan seksi itu juga menaruk rasa suka kepadanya. Hingga akhirnya muncullah pikiran kotor Dessi untuk megundang Agung kerumahnya agar Dessi bisa menggodanya secara leluasa tanpa diketahui murid-murid yang lainya.
Saat pelajaran Agung yang memang terkenal kurang cerdas sengaja diberikan soal yang sangat sulit oleh Dessi agar supaya Dessi bisa mencari alasan untuk menyuruh Agung kerumahnya. Setelah 2 jam semua murid mengerjakan soal hanya Agung yang paling mendapatkan nilai yang paling jelek. Sesuai dengan rencana, Dessi kemudian memanggil Agung sendirian setelah para murid-murid keluar.-
“Agung nilai kamu dikelas paling jelek, kamu nanti siang harus kerumah ibu untuk mendapatkan pelajaran kusus dari ibu”.
“Iyha Bu, sulit banget soal yang ibu berikan tadi” jawab Agung. ,br> “Nanti ibu tunggu kamu dirumah, kalau gak datang kerumah ibu, ibu akan memberikan nilai jelek padamu Agung” ucap Dessi.
“Iyha Bu, Agung pasti datang kerumah bu Dessi”jawab Agung.
Tepat seperti janji Agung, siang itu Agung menepati janjianya untuk datang kerumah Dessi. Setelah diketok pintu bu gurunya itu, dibukalah dan Agung bengong melihat apa yang dilihatnya, Karena siang itu bu gurunya menggunakan pakaian yang sangat seksi dan super mini, sehingga membuat Agung melotot melihat tubuh bu gurunya itu.
- “Heey, kamu bengong ngelihatin apa Agung” ujar Dessi.
“Eeenngg…Engggak papa kok bu” jawab Agung dengan tergagap.
“Ayoo masuk” ajak Dessi. Kemudian Dessi mengajak Agung kesebuah ruangan. Dan memberikan Agung selembar kertas berupa soal-soal dan menyuruh Agung untuk mengerjakannya lalu meninggalkannya pergi keruang tengah.
- ”Sudah selesai Agung?”, Dessi masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Agung selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
”Hampir bu”
”Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”
”Iya..””Bu Dessi, Saya sudah selesai”, Agung masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya. ”Ibu dimana?”
”Ada di kamar.., Agung sebentar ya”, Dessi berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Agung nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Dessi membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
-
”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..” Muka Agung merah karena malu, karena Dessi tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
”oo…, begitu to?”
”Agung kamu mau menolong saya?”, Dessi merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Agung bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Dessi yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.
”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
”Tapi tapi…, Saya”.
”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”. Muka Agung langsung saja merah mendengar perkataan Dessi”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Dessi kemudian duduk di pangkuan Agung. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Dessi yang agresif karena haus akan kehangatan dan Agung yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Dessi yang mengeras. Lidah Dessi menjelajahi mulut Agung, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Dessi kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.-
”Lepaskan pakaiannmu Agung”, Dessi berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
”Ahh cepat Agung”, Dessi mendesah tidak sabar.
- ”Agung…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Agung meletakkan tangannya di dada Dessi yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Dessi yang montok itu.
”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Agung melakukan apa yang gurunya katakan.
”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.
Dessi tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Film Bokep - Tubuh Dessi menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
- ”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Dessi mendekap erat kepala Agung ke payudaranya.
- ”mm…, nakal kamu”, Dessi tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.
- ”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Agung memasuki vaginanya.
”Hangat Bu..” Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”
”Iya..”
”Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”
Pelan-pelan jari Agung mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Dessi mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Agung.
”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Agung tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
”Oohh…, Agung…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Agung semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
- ”Ooaahh…, Aguuung”, Tangan Dessi mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
”Hmm…, kamu lihai Agung…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Agung menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.
”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Dessi segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Dessi. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Agung merintih keenakan.< ul>”Ahh…, enakk…,enakk”, Agung tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Dessi. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Dessi.
”oohh Ibu…, Ibbuu” Muncratlah cairan mani Agung di dalam mulut Dessi, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.
”Hmm…, manis rasanya Agung”, Dessi masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.
”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Dessi sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
- ”Agung…, biar Ibu minum dulu”.
”Tidak…, nikmati saja ini”, Agung yang masih tegang berat mendorong Dessi ke kulkas.Gelas yang dipegang Dessi jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Dessi kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
”Ibu…, sekarang!”
”Ahhkk”, Dessi berteriak, saat Agung menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.
”Agung…, enakk…, ohh…, ohh”.
Tubuh Dessi bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Agung satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.
- ”Ibu menikmati ini khan”, bisik Agung di telinganya..
”Ahh…, hh”, Dessi hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
”Jawab…, Ibu”, dengan keras Agung mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa””Agung…, Agung jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Dessi telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
”Uuhgghh”, penis Agung yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Dessi.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan. Setelah kejadian dengan Agung, Dessi masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Dessi adalah jika Agung kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
Ketika Dessi berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Beni. Ia berbeda dengan Agung, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.
”Bu Dessi salam dari Agung”, Beni melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Beni menghalangi pintu mobilnya.
”Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Agung.” Langkah Dessi terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.
”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
”Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Agung”, Beni tersenyum penuh kemenangan.
”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Dessi.
”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Dessi langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan. Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Dessi segera menuju pintu itu, ia mengira Agung yang datang.
Ternyata ketika dibuka- ”Beni! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Dessi agak jengkel dengan muridnya ini.
”Boleh saya masuk?”.
”Tidak!”.
”Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.
”!!”dengan geram ia mempersilakan Beni masuk.
”Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV.
“Pantas aja Agung senang di sini”.
”Apa hubunganmu dengan Agung?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Dessi bertanya.
”Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.
”Jadi artinya”, Kali ini Dessi benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
”Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Agung, mau?”, Beni bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Dessi. Dessi masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Dessi masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Beni telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.
”Bagaimana Bu, lebih besar dari Agung khan?”. Beni ternyata lebih agresif dari Agung, dengan satu gerakan meraih kepala Dessi dan memasukkan penisnya ke mulut Dessi.
”Mmpfpphh”.
”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok” Rupanya nafsu menguasai diri Dessi, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen.
Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Beni merintih keenakan.
”Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Beni menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Dessi, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Dessi merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Beni sudah hendak keluar.
”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”. Cairan mani Beni muncrat di mulut Dessi, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.
”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Dessi tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Beni yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.
”Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
”Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Beni mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Dessi tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Beni sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Beni. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.”Sini saya teruskan”, ia mendengar Beni berbisik ke telinganya. Tangan Beni segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Dessi juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.
”Gilaa…, besar amat”, pikirnya.
Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Beni digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Beni meremas puting susu Dessi, erangan kenikmatan pun keluar.”mm oohh”.Beni tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Dessi.
”Beni…, aahh…, aahh”, Tubuh Dessi menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Beni.
”Enak Bu?”, Beni kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu Dessi hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Beni dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya.
Tiba-tiba Beni mendorong tubuh Dessi agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.
”Kata Agung ini posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Dessi menjerit, saat Beni dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.”
”Ugghh…, innii…, innii”, Beni medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Dessi. Dessipun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.
”Adduuhh…, teruss.., teruss Benia…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Beni. Tangan Beni mencengkeram pundak Dessi, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.
”Oohh Dessi…, Deeesssiii”.
Dessi segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Dessi masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Beni dan maninya sendiri. Beni juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Dessi, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Dessi mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.
Foto Bokep - Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Beni untuk memainkan clitorisnya.”Beeen aahh”, Tubuh Dessi bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Beni mempercepat permainan tangannya.
”Bu…, balik…, Beni pengin nih”
”Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Dessi bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Beni. Beni meraih payudara Dessi dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang..
”Adduuhh…, owwmm”, Dessi mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Beni.
”Bu Dessi nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Beni memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Dessi tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Beni. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Beni.
Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.
”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Dessi makin cepat menerima sodokan Beni. Tangan Beni beralih memegangi tubuh Dessi, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Dessi menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Beni kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.
”Ooww..”, Teriakan Dessi terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Beni, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Beni sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Dessi yang makin becek.
”Ayoo…, makin dalam dalamm”.
”Ahh.., aahh…, aahh..”, Benipun mulai berteriak-teriak.
”Mau kelluuaarr” Dessi sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Beni menyemprot dalam liang vaginanya.
Dessi kemudian ambruk menindih tubuh Beni yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.
”Bu Dessi…, sungguh luar biasa, Coba kalau Agung ada disini sekarang”.
”mm memangnya kamu mau apa”, Dessi kemudian merebahkan dirinya di samping Beni. Tangannya mengusap-usap puting Beni.
”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..” Dessi tidak bisa menjawab komentar Beni, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Dessi harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Agung untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya. Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Agung muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.
”Bu, Agung kangen lho”.
”Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Dessi berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
”…………..”, Agung tidak bisa menjawab.
Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Dessi merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.
”Tapi Agung masih boleh berkirim surat kan?”.
Dessi bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.
”Minum dulu Gung, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton DVD di kamar yaa”, Dessi mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas Bra, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel DVD ‘Kamasutra-nya Penthouse”.
Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV. Diluar Agung meminum es teh yang disediakan Dessi dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Agung menyusul Dessi ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton DVD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu Nto..”, Dessi menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Agung sedang mencopot celananya Dessi sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik celana dalam GT Man-nya. Setelah selesai Agung juga tengkurap di samping Dessi.
”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.
”Belum tuh…”, Mata Agung tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.
”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.
”Thanx..”, Agung kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Dessi kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Agung. Agung kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Dessi dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Agung kemudian menciumi tengkuk Dessi, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.
”aahh…” Setelah puas, Agung kemudian memberi isyarat pada Dessi agar duduk di pangkuannya.
”Bu, biar Agung yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Agung di telinga Dessi.
Dessi yang telah duduk di pangkuan Agung pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.
”Akhh…”, Dessi memejamkan matanya.
”Agung…, jilatin vagina ibu…”
Agung kemudian merebahkan Dessi, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Agung kian bernafsu.
”oohh…, teruss…, teruuss…”, Dessi bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Agung dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.
”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Agung menjilati pentil clitoris Dessi, dengan penuh semangat.
”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Agung…, massuukk”.
Kaki Dessi kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Dessi yang becek.”mm…”, Dessi menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.
”Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Agung sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Dessi mempermainkan puting Agung. Dengan gemas dicubitnya hingga Agung berteriak.
”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Agung makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.
”aa… Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Dessi terkejut, tapi tidak bagi Agung. Beni sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.
”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Beni kemudian berjalan mendekati mereka. Dessi yang hendak berdiri ditahan oleh Agung, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Dessi.”Nikmati saja…”Beni kemudian mengangkangi Dessi, penisnya berada tepat di mukanya.
”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Agung menghentakkan gerakannya. Saat Dessi berteriak, saat itu pula penis Beni masuk.
”Ahh…, nikmat..”, Dessi merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Agung dengan puas menggarap vaginanya.
”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Beni memegangi kepala Dessi, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Agung keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Beni tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Dessi. Setelah Agung mengeluarkan penisnya dari vagina Dessi,
“Berdiri menghadap tembok Bu!” Dessi masih kelelahan.
Ia telah orgasme pula saat Agung keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Agung menetes ke lantai.
”mm…, Gung…, liat tuh punya kamu..”, seru Beni sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Dessi. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Dessi.
”Nih Bu rasakan punya Beni juga ya”.
Agung dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Beni memegangi pinggang Dessi saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Dessi merintih-rintih menikmati permainan mereka, Agung merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.
”ooww…”, Tubuh Dessi yang disangga Beni menegang, kemudian lemas. Agung menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan.
Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Dessi dan tembok. Dipindahkannya tangan Dessi ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Beni.
”Agung…”, Lagi-lagi Dessi mendesah saat penis Agung masuk dan pinggulnya didorong oleh Beni dari belakang.
”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Dessi berteriak keras sekali, saat dorongan Beni sangat keras menekan pinggulnya. penis Agung amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Dessi. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali