Cerita Dewasa - Anak Guruku Yang Sexy - Evienz Blog
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Cerita Dewasa - Anak Guruku Yang Sexy

 Anak Guruku Yang Sexy 


Cerita Dewasa -   Saat ini aku masih merasakan sensasi yang terjadi 4 hari lalu di lantai 2 rumahku. Usiaku sudah 27

tahun, tetapi aku baru saja merasakan hal yang luar biasa dalam untuk pertama kalinya dalam hidup ini. Diawali dengan pertemuan di sebuah toko kelontong di perumahan tempat tinggalku, aku jadi akrab dengan

Vita. Dia anak dari guru SMA ku yang sudah meninggal. Umurnya masih 18 tahun. Vita mempunyai body yang

sangat wah, dengan wajah mirip salah satu artis indonesia, tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36, kulit

putih mulus, dan rambut panjang melebihi bahu.


Setelah pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami yang

dekat, terpaut 2 gang dengan rumahku membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.


“Fir, nanti sore aku main ke rumahmu ya?” katanya di telepon.

“Boleh, kebetulan bapak dan ibu ada acara arisan keluarga.” Aku menyetujui permintaannya.


Oh ya, aku tinggal dengan kedua orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi, aku harus di rumah

menemani nenek.


“Teng.. teng!” aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.

“Sebentar!” sahutku.


Ternyata Vita yang datang, wah senang banget ternyata dia tidak main-main.


“Sebentar Vit, wah sexy banget non, mau ke mana?” sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.

“Ya mau ke sini Fir. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?” Dia malah nanya.


Body yang sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yang putih dan tonjolan dadanya

yang besar.


“He, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?” Dia merasa kalau mataku tidak terlepas dari arah

dadanya.

“Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Vit.” Aku jadi salah tingkah.

“Siapa Fir?” Nenekku yang ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.

“Vita Nek, anaknya Bu P yang tinggal di Jl. P itu lho.” aku jawab saja sambil menggandeng Vita ke ruang

tamu. “Duduk Vit, mau minum apa?” tanyaku sambil berjalan ke dapur.

“Apa aja Fir, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yang dingin ya, yang biasa saja.” jawab dia.

“Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman

belakang.” sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu.


Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Vita meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik

dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.



Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Vita, dan sedikit demi sedikit

kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yang enak.


“Vita mau nggak ya aku ajak ML?” tanyaku pada diri sendiri. Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Vita.


“Fir, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh.” Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah.

Tapi aku cuek saja.

“Iya Nek.” aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu. Di sana Vita sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yang diambilnya dari dispenser.

Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yang putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku

menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.


“Fir, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini.” pintanya.

“OK, tapi aku pake celana dulu ya.” jawabku.

“Gak usah Fir, biar aja.” wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.

“Nek, aku ke atas..!” teriakku minta ijin ke Nenek.

“Iya. Fir, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon.” sahut Nenek.

“Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Fir yang turun.” sahutku lagi.

“Ayo Fir, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika.” Vita merajuk sambil tangannya

menarik lenganku yang masih membetulkan ikatan handuk. Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Vita.


“Hi, apa itu Fir. Kok hitam gitu, berambut lagi.” celetuknya dengan ekspresi terkejut.

“Ini kemaluanku namanya Mr. P” jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.


Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.


Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang

yang ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan

warna biru muda yang dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21″ dan VCD player di pojok ruang.


“Fir, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?” tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku.


Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yang keasyikan menikmati

pemandangan indah jadi terkejut. Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yang lagi tegang, kamu pingin lihat?” jawabku sambil bertanya.

“Nggak deh, malu. Lagian buat apa?” dia malah balik bertanya.

“Kesempatan nih.” pikirku.

“Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang.” celetukku.

“Gimana ya?” dia berpikir sejenak. Lalu..

“OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?” dia mulai terpancing.

“Oh ya Vit, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh,

nggak bakalan ada yang dirugikan.” aku mulai melancarkan seranganku.


Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yang berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan

panjang 18 cm.


“Waah, gedhe banget ya. Fir, apa setiap pria berukuran segitu?” tanyanya.


Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.


“Asyik nih, dia udah mulai terangsang” dalam hati aku bersorak gembira.

“Vit, gantian dong. Sekarang kamu yang buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?” aku menghentikan

tatapannya yang mulai bergairah.

“Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya.” Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke

arahku.


Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. cerpensex.com Pada saat t-shirtnya melintas di

wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti

sejenak, sambil mencuri cium dadanya.


“Fir.! jangan ah, geli.” Dia agak berteriak kaget, tapi tidak ada bagian tubuhnya yang mencoba

menghentikan aksiku.


Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan aksiku ini.

Film Bokep -  Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah tubuh bagian atasnya yang terbuka dan hanya berbalut bra

dengan model bikini warna putih. Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku untuk meremasnya, tapi aku

tahan keinginan itu.


“Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu yang di dalam situ.” celetukku sambil menunjuk ke arah

payudaranya.

“Ya udah, lihat aja.” sambil berkata gitu Vita melepas penutup dadanya.


Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara putih dengan puting agak merah muda. Dekat sekali dengan

aku, membuat aku jadi pingin meremas dan mengulumnya.


“Sabar Fir, nanti juga dapat.” dalam hati aku berkata.

“Fir.. ayo lanjutin buka bajunya Vita.” pintanya dengan pandangan berbinar nakal. Aku melanjutkan aksiku dengan memegang kedua pahanya dan menggerakkan kedua tanganku ke atas berbarengan.

Sehingga roknya tersingkap ke atas sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan menariknya ke bawah dengan

tiba-tiba.


“Ahh, Fir..!” Vita menjerit kecil karena tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang.


Lalu tangannya meraih pinggangku dan berpegangan agar tidak jatuh. Dan dengan tidak sengaja ujung Mr. P

ku menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit geli. Vita terdiam dengan posisi masih memegang

pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-tiba sambil mundur dan tangannya memegang bagian bawah

perutnya yang masih terbungkus rok.


“Hi hi, kok Vita nggak ngerasa kamu melepas CD. Pantas aja rasanya agak dingin.” Dia tertawa kecil sambil

berkata begitu.

“Hmm.. uhmm” mulut kami masih berpagutan dengan lidah saling menjilat.


Ketika tangannya bergerak ke belakang tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya yang masih tersisa.

Sekarang Vita benar-benar telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika melihat kemaluannya yang punya

bulu-bulu halus berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan agak susah.


“Kenapa Fir, heran ya lihat punyaku.” tiba-tiba Vita berkata mengagetkan aku yang masih terpesona dengan

pemandangan di depanku.

“Eh, iya.. Vit, boleh aku pegang Miss V kamu?” aku memohon.

“Jangan Fir.” Katanya sambil mendekatkan pinggangnya ke pinggangku.


Aneh juga, tidak mau tapi malah mendekat. Aku rasakan gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut Miss V

nya.


“Hmm.. ahh.. sshh” Vita mendesah lirih sambil memejamkan matanya.

“Wah kesempatan nih” pikirku.


Lalu aku rengkuh punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia membalas dengan penuh nafsu.


“Ahh, jangan Fir. Aku takut hamil.” rengeknya ketika aku mulai menyentuh Miss V nya.

“Santai aja Vit, gak bakalan hamil deh.

“Ya udah, Fir.. jangan kasar ya.” gumamnya lirih.


Aku kecup lagi bibirnya sambil tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V, sementara tangan kiri meremas

lembut payudaranya bergantian kiri dan kanan.


“Hmm.. shh, terus Fir, enak banget. shh” Vita mulai meracau keenakan. Tangannya yang sedari tadi terus memegangi pundakku mulai beraktifitas menjelajahi leher dan dadaku.

Sementara itu aku kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih mengelus daerah selangkangannya.


“Shhtt.. Fir.. ahhss.. terus Fir” Vita semakin keras meracau dan agaknya dia sudah hampir mencapai puncak

kenikmatan.

“Ahh..” Sambil badannya melenting kebelakang dengan kepala mendongak Vita akhirnya mencapai kenikmatannya

yang pertama.

“Hmmff..Fir, rasanya enak banget. Kok, kamu gak merasa apa-apa?” Tanyanya sambil memeluk leherku dan

menatap mataku.


Foto Bokep -  Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya yang berkeringat, dan dadanya yang masih

membusung masih menempel di dadaku.


“Vit, kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi mengecup lehernya dengan lembut, lalu meniupkan

nafasku ke dadanya. Hal ini membuat Vita mengerang lagi.

“Sst.. Fir.. eh kamu nakal ya. Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan menjilati putingnya

bergantian kiri kanan selama lebih kurang lima menit.

“Sst.. ahh.. hmm” Vita mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.


Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yang sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu aku rebahkan

Vita di atas meja. Aku beringsut mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan tiba-tiba membenamkan

kepalaku diantara kedua ujung pahanya.


“Ahh.. Fir geli.. ahh.. sstt.. ohh. Enak Fir” Vita kaget lalu mendesah nikmat.


Birahiku semakin menjadi mendengarnya. Mulutku menelusuri setiap inci tubuhnya yang berkulit putih dan

lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut. Tangan kanan Vita

mengelus-elus Mr. P ku dengan lembut.


“Terserah kamu fir.” pelan Vita berkata.


Setelah aku bisikkan,


“Aku menginginkanmu Vit.”


Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku

renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet, sehingga Miss V nya yang sudah basah semakin

menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke bawah dengan

perlahan. Nikmat sekali.

“Hmm Fir, cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya.” Vita mulai memohon karena sudah tidak tahan dengan

rangsangan yang aku berikan.


Aku letakkan ujung Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu dengan perlahan aku dorong. Agak susah

juga, sering meleset, padahal cairan yang dikeluarkannya lumayan banyak. Aku hentikan usahaku, kudekatkan

kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot cairan yang ada. Sekarang Miss V nya sudah agak kering.


“Sshh.. Fir.. geli.. ayo dong masukin.. cepet.. hmm” Vita mengerang kegelian.


Kucoba lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil. Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yang

terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini

membuat kepala Vita menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat.


Lalu dengan tiba-tiba “Bles..” Mr. P ku berhasil menerobos keperawanannya.


“Ahh..Fir, sakit” Vita merintih.

“Cup.. cup.. ss” aku coba menenangkan Vita, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.


Mr.P masih terbenam di Miss V, sengaja tidak aku gerakkan pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya.

Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Vita sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan dengan

ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun dengan pelan, sambil kedua tangan meremas payudaranya. Vita juga

aktif mengelus punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku

terasa menyentuh dinding rahimnya.


Aktifitas ini berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika Vita menjerit tertahan sambil menggigit

pundakku “Ahh.., Fir.. aku nyampai”.


Pada saat yang sama kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan basah. Remasan yang seperti pijitan

lembut menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..


“Ahhrhh..” aku melenguh panjang menyemprotkan cairan hangat.


Kami berciuman mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V nya. “Gila Fir, kok masih tegang” Vita kaget karena tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang.


Kami berdua tertawa lepas ketika terdengar suara nenekku memanggil.


“Fir, sudah hampir malam. Apa nak Vita nggak dicari ibunya?”.

“Iya Nek, sebentar. Kami masih nonton film.” sahutku sambil tersenyum ke arah Vita.


Vita membalas senyumku.


“Oh indahnya.” dalam hati aku bersorak.


Setelah merapikan baju dan rambutnya, aku mengantar Vita pulang ke rumahnya. Semenjak itu kami


Anak Terakhir Dari Empat Bersaudara Sedikit Hitam Tapi Sudah di Sunat.

Posting Komentar